Nalar Visioner

Mengasah Nalar Intelektual

Jurnal Visioner didedikasikan pada dunia pendidikan yang memuat Jurnal Ilmiah, Opini, Dll

Iklan Komersial

3/04/2020

Kaedah Ilmu



KAIDAH, CABANG, PROSES, DAN FUNGIS ILMU

Muhammad Aziz, Siti Warliyah, Murayati*

Abstrak

Penelitian ilmiah berdasarkan teori-teori ilmu yang dihasilkan dari penyelidikan yang mendalam. Dikatakan suatu ilmu jika ditegakkan dengan kaidah-kaidah ilmu yaitu orde, determinisme,dan parsimoni. Dalam perkembangannya ilmu berproses sehingga mempunyai cabang-cabang ilmu. Cabang utama ilmu adalah ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Dalam penelitian ilmiah ilmu berfungsi untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol atas penelitian-penelitian yang di hasilkan. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui kaidah-kaidah ilmu yang benar dalam memelajari cabang-cabang ilmu agar sesuai dengan proses pencapain kebenaran ilmu tersebut.

Kaca kunci: ilmu, kaidah, cabang, proses, fungsi


I. PENDAHULUAN

Dalam memperoleh ilmu dan pengetahuan berdasarkan metode ilmiah, ada enam langkah yang harus ditempuh seorang ilmuan diantaranya; pertama keinsyafan tentang adanya problema. Berpikir biasa bermula jika ada suatu penghalang atau kesuliatan. Kedua data yang relevan dan tersedia dikumpulkan. Ketiga data ditertibkan, dianalisa dan diklasifikasikan. Keempat hipotesa dibentuk, dengan bermacam-macam pemecahan sementara dibakukan dan dianalisa. Kelima deduksi dapat ditarik hipotesa, dengan  cara berlogika. Dan keenam verifikasi, menetapkan apa yang akan menjadi benar jika hipotesa kita benar.[1] Seorang ilmuan untuk melewati enam langkah metode ilmiah tersebut harus mengetahui tentang kaidah, proses, fungsi lmu dan cabang-cabang ilmu apa yang akan diteliti.

II. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam penulisan ini sebagai latar belakang masalah adalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksud dnegan kaidah-kaidah ilmu?
2.      Apakah cabang-cabang ilmu itu?
3.      Bagaimana proses ilmu?
4.      Apakah fungsi ilmu itu?

III. KAIDAH-KAIDAH ILMU
Ilmu ditegakkan di atas empat kaidah yaitu orde, determinisme, parsimoni, dan empiris. Empat kaidah tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya sehingga penelitian ilmuah tidak dapat dilakukan.[2]
1.      ORDE
Orde (tatanan), ilmu dapat percaya bahwa alam ini teratur, tidak serampangan. Peristiwa yang terjadi di dunia ini mengikuti aturan yang teratur, dalam suatu pola tertentu. Contohnya gerhana bulan dapat diramalkan karena bulan beredar dalam pola edar yang tertentu. Ilmu kedokteran akan berantakan bila masing-masing tubuh manusia berjalan seenaknya sendiri. Dengan kata lain, tanpa orde, ilmu tidak dapat menemukan hukum-hukum yang berlaku umum.
2.      DETERMINISME
Ilmu percaya bahwa setiap peristiwa mempunyai sebab, pendahuluan yang dapat diselidiki. Misalkan psikologi percaya bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh pengalaman terdahulunya.
3.      PARSIMONI
Parsimoni (kesederhanaan) menunjukkan bahwa ilmu menyukai penjelasan yang sederhana dari pada penjelasan yang komplek bila kedua-duanya sama-sama menjelaskan fakta. Serta ilmu lebih menyukai penjelasan yang lebih banyak fenomena dari pada penjelasan yang terbatas pada fenomena tertentu saja. Contohnya ilmu-ilmu sosial lebih memenuhi parsimoni yang sangat erat kaitanya dengan generalisasi penemuan ilmu, sedangkan ilmu-ilmu sosial lebih berhati-hati dalam melakukan generalasisi, akan tetapi penjelasan berlaku general tetap didahulukan terhadap penjelasan yang spesifik.
4.      EMPIRISME
Empirisme menunjukkan kepercayaan pada observasi atau eksperimen. Jadi kesimpulan-kesimpulan ilmu harus berdasarkan pengalaman yang dapat diamati dan peristiwa empiris. Perlu kita ingat bahwa informasi ilmuah tidak boleh berdasarkan spekulasi yang tidak dapat diamati. Dalam hal observasi ilmiah harus dapat diulangi yang dapat dilakukan secara sistematis. Sedangkan pengalaman-pengalaman mistik tidak dapat dikatakan ilmiah karena sifatnya individu dan sukar diulangi orang lain pada tempat, waktu dan cara yang sama.

IV. CABANG-CABANG ILMU
Perkembangan ilmu sangat pesat dengan berbagai macam cabang-cabangnya. Menurut Jujun S. Suriasumantri (2013,Cet.24:93) menyebutkan bahwa pada dasarnya cabang-cabang ilmu berkembang dari dua cabang utama yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the nature sciences) dan filsafat moral yang berkembang ke dalam cabang ilmu-ilmu sosial (the social sciences). Lebih lanjut Jujun menjelaskan bahwa ilmu-ilmu alam dibagi menjadi dua kelompok yaitu ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu alam bertujuan untuk mempelajari zat yang membentuk alam semesta (fisika; mempelajari massa dan energi, kimia; mempelajari substansi zat, astronomi; mempelajari benda-benda langit, dan ilmu bumi). Sedangkan ilmu-ilmu sosial mempunyai cabang-cabang utama diantaranya antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari mental dan perilaku manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia), dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara). [3]
1.      EKONOMI
Ilmu yang mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses pertukaran.
2.      LINGUISTIK
Serangkaian bunyi, lambang di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu.
3.      MATEMATIKA
Bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita Sampaikan.
4.      POLITIK
Ilmu yang mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berperintahan dan bernegara.
5.      PSIKOLOGI
Ilmu yang mempelajari proses mental dan kelakuan manusia.
6.      SOSIOLOGI
Ilmu yang mempelajari struktur organisasi sosial manusia.

V. PROSES ILMU
Sering timbul pertanyaan, darimana proses ilmu dimulai? Dari data atau teori? Maka lahirlah filsafat ilmu. Menurut aliran romantic menganggap bahwa ilmu tidak berbeda dengan seni, yaitu suatu proses kreatifitas yang dimulai dengan imajinasi dan intuisi. Aliran rasional memandang bahwa proses ilmu dimulai dari data. Kumpulan sejumlah fakta, dicari hubungan-hubungan, dan diambil simpulan dalam bentuk teori. Sedangkan aliran hipotetiko deduktif yaitu menggabungkan kedua pandangan (aliran romantic dan aliran rasional) yang lazim disebut model ilmu tradisional, berpendapat bahwa ilmuwan mulai usahanya dengan serangkai aksioma yang berasal dari berbagai sumber kemudian mengubah teorinya ke dalam konsep yang diamati.[4]
Ilmu sebagai proses berarti ilmu merupakan aktivitas penelitian. Para pelakunya disebut ilmuan. Aktivitas yang dilakukan tidak bersifat tunggal, melainkan jamak. Sehingga ada 3 rangkaian aktivitas penelitian; 1. Aktivitas rasional berarti kegiatan dengan menggunakan rasio, penalaran logis atas pengamatan empiris. 2. Aktivitas kognitif berarti kegiatan yang bertalian dengan proses tahu dan pengetahuan; pengenalan, penerapan, konsepsi, dan penalaran manusia untuk mengetahui sesuatu. 3. Aktivitas teteologis (tujuan) berarti kegiatan yang mengarah kepada tujuan tertentu; pengetahuan, kebenaran, pemahaman, penjelasan, peramalan, pengendalian, dan penerapan. [5] Dari pen-jelasan di atas bisa dikatakan bahwa proses ilmu mulai dari data.
Dikatakan lengkap ilmu itu jika mencangkup dua aspek lagi yaitu ilmu sebagai prosedur dan produk. Dari aspek ilmu sebagai prosedur berarti ilmu merupakan kegiatan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah yaitu prosedur yang digunakan oleh ilmuwan dalam mencari sistematis pengetahuan baru dan meninjau kembali pengerahuan yang ada. Sedangkan aspek ilmu sebagai produk berarti kumpulan pengetahuan sistematis yang merupakan produk dari aktivitas dengan metode ilmiah.[6] Gabungan dari ketiga wujud ilmu tersebut merupakan proses ilmu mulai dari berbagai sumber (teori).

VI. FUNGSI ILMU
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) teori diartikan sebagai pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa, asas-asas hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan, aturan, cara dan pendapat untuk melakukan teori. Tujuan ilmu adalah teori. Pengertian teori adalah  penjelasan fenomena-fenomena.[7] Teori adalah alat dari ilmu (Tool of Science) mendefinisikan orientasi utama dari ilmu dengan cara memberikan definisi terhadap jenis-jenis data yang akan dibuat abstraksinya.[8]
Miarso yang dikutip susanto (2013 h. 149) teori adalah jendela untuk mengamati gejala yang ada, dan berdasarkan data empiris dari lapangan yang berhasil dikumpulkan, dianalisis, dan disintesiskan.[9] Adapun tujuan ilmu pengetahuan penjelasan, pemahaman, prediksi dan kontrol/pengendalian.[10]  
1.      MENJELASKAN
Menunjuk secara rinci variabel-variabel (konstruk) fenomena. Contoh seseorang yang diberi imbalan respon akan cenderung diulang.  Mengapa? (akan timbulah pernyataan mengenai hubungan dan merupakan penjelasan tentang fenomena alami tadi.)
2.      MEMPREDIKSI
Suatu segi (aspek) saja dari teori. Artinya menunjukkan secara tegas dan rinci hubungan antara kejadian dengan kejadian lain dengan syarat tertentu. Contoh jika si A diberi hadiah atas prestasinya, cenderung si A akan melakukan respon yang sama melakukan usaha untuk tetap berprestasi. Menghubungkan hadiah  dan prestasi itulah prediksi dari hadiah menuju prestasi.
3.      MENGONTROL
Setelah penjelasan dan prediksi. Seorang ilmuwan betul-betul memperhatikan prediksi dan kontrol. Sebab dengan prediksi yang handal kita dapat melakukan kontrol, kontrol dapat dijabarkan dengan prediksi. Dalam hal penelitian ilmiah bersifat sistematis dan terkontrol yang berarti bahwa penyelidikan ilmiah tertata dengan cara tertentu sehingga penyelidik memiliki keyakinan kritis mengenai hasil penelitian.

VII. KESIMPULAN
Cabang-cabang ilmu sampai dengan rumpun-rumpun berdasar dari filsafat alam yang berkembang menjadi ilmu-ilmu alam dan filsafat moral yang berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial. Ilmu bisa menjadi ilmu pengetahun harus bisa menjelaskan tentang wujud ilmu, dapat memprediksi, dan ada control dari setiap prediksi yang dihasilkan. Sehingga terbentuklah ilmu dalam setiap ilmuan dengan jiwa romantis.


Daftar Pustaka


Titus, Harold H, dkk. 1985. Persoalan-Persoalan Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang
Kerlinger, Fred. 2014. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Cet. 12. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nazir Moh. 2014. Metode Penelitia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Susanto. 2013. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.
Jujun, Suriasumantri. 2013. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cet. 24. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Blikololong. ----. J.B.,Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar. Jakarta: Universitas Gunadarma.
http://elearning.gunadarma.ac.id>filsafat_ilmu, 26/10/2016 20:35 WIB
www.pustaka.ut.ac.id>lib>ISIP4216-M1 , 26/10/2016 20:30 WIB





[1] Harold H. Titus, dkk. 1985. Persoalan-Persoalan Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 265 - 266
[2] Yearry Panji,2011,Modul Mata Kuliah “Metode Penelitian Komunikasi”, FIK Universitas Mercu Buana,Jakarta,hlm.4-5
[3] Jujun S. Suriasumantri, 2013, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet. 24,Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Hlm.93
[4] Yearry Panji. 2011. Modul Mata Kuliah “Metode Penelitian Komunikasi.” FIK Universitas Mercu Buana: Jakarta. hlm.8
[5] Blikololong. ----. J.B.,Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar. Universitas Gunadarma: Jakarta. hlm. 39.
[6] Ibid. hlm. 39-40
[7] Kerlinger Fred. 2013. Asas-Asas Penelitian Behavioral.  Gajah Mada University Press: Yogyakarta. hlm. 14
[8] Nazir Moh. 2014. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia:Bogor. hlm. 11
[9] Susanto. 2013. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Bumi Aksara: Jakarta. Hlm. 149
[10] Ibid. hlm 14

*) Mahasiswa Program Studi  Magister Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PROF. DR HAMKA JAKARTA
Adbox