TEORI PENDIDIKAN KOGNITIF PIAGET
Oleh: Rinah, S.Pd
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada masa anak-anak atau pun usia
pada saat sekolah mengalami perkembangan kognitif yang terus berkembang, dari
mulai masa bayi sampai anak remaja. Ada dua teori yang menerangkan perkembangan
kognitif yang dialami pada anak, dua tokoh tersebut itu adalah Pieget dan
Vygotsky. Tapi disini penulis akan khusus menerangkan salah satu dari tokoh
tersebut yaitu Piaget.
Perkembangan kognitif merupakan
perkembangan pikiran. Pikiran anak adalah bagian dari otaknya yang bertanggung
jawab terhadap bahasa, pembentukan mental, pemahaman, penyelesaian masalah,
pandangan, penilaian, pemahaman sebab akibat, serta ingatan.
Teori Piaget mengatakan bahwa
perkembangan mendahului pembelajaran. Dengan kata lain, struktur kognisi
tertentu perlu berkembang sebelum jenis-jenis pembelajaran tertentu dapat
terjadi. Pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda melalui pengajaran dan
informasi dari orang lain. Mari kita lebih lanjut pembahasan perkembangan
kognitif menurut Piaget .
B. Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
maka dapat diuraikan pembahasannya sebagai rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian dari kognitif?
2.
Bagaimana
teori perkembangan Piaget?
C. Tujuan
Setelah dirumuskan masalah
tersebut maka pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1.
Menjelaskan
pengertian dari kognitif.
2.
Menjelaskan
tentang teori perkembangan Piaget.
.BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah
dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual
yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention),
penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi
(evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan
bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang
dimiliki oleh orang lain.
Oleh sebab itu kognitif berbeda
dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku
yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang
kepada dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata
kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki
kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan
intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara
mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
B.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Teori perkembangan kognitif Piaget
adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak
mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan
makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana
cara anak mengelompokan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam
objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek
dan peristiwa tersebut. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam
menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi.
Walaupun proses berfikir dalam
konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia
sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi
yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan
dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya. Piaget percaya bahawa
pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau priode-periode yang
terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan
melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invariant, selalu
tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena
tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta adanya
pengorganisasian struktur berfikir. Sebagai seorang yang memperoleh pendidikan
dasar dalam bidang eksakta, yaitu biologis, maka pendekatan dan uraian dari
teorinya terpengaruh aspek biologi.
Teori Piaget merupakan akar revolusi
kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental. Piaget mengambil
perspektif organismik, yang memandang perkembangan kognitif sebagai produk
usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Menurut Piaget,
bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan bawaan untuk beradaptasi
dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang bersifat biologis itu, Piaget
mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek seperti reflek menghisap. Reflek ini
sangat penting dalam bulan-bulan pertama kehidupan mereka, namun semakin
berkurang signifikansinya pada perkembangan selanjutnya. Jean Piaget menyelidiki
mengapa dan bagaimana kemampuan mental berubah lama-kelamaan. Bagi Piaget,
perkembangan bergantung sebagian besar pada manipulasi anak terhadap dan
interaksi aktif dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan berasal
dari tindakan. Teori perkembangan kognisi Piaget menyatakan bahwa kecerdasan
atau kemampuan kognisi seorang anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang
jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh kemunculan kemampuan-kemampuan baru
dan cara mengolah informasi.
❖
Pertumbuhan
atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling berhubungan,
yaitu:
1.
Organisasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk
mengintegrasikan pengetahuan kedalam sistem-sistem. Dengan kata lain,
organisasi adalah sistem pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan
pencitraan realitas yang semakin akurat. Contoh: anak laki-laki yang baru
berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek.
Setelah itu dia berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini
(menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya. Dalam
sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur
kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut skema.
Skema adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk
memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan
reflek menyedot pada bayi yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang
menimbulkan gerakan menarik.
2.
Adaptasi
Merupakan cara anak untuk memperlakukan informasi baru dengan mempertimbangkan apa yang telah mereka
ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu:
a.
Asimilasi,
merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada peleburan informasi
baru kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Seorang individu dikatakan
melakukan proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut
menggabungkan informasi baru yang dia terima kedalam pengetahuan mereka yang
telah ada. Contoh asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segitiga
sama sisi, kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu
siku-siku. Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku
yang diperlihatkan adalah segitiga sama sisi.
b.
Akomodasi,
merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada perubahan yang
terjadi pada sebuah struktur kognitif dalam rangka menampung informasi baru.
Jadi, dikatakan akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi
baru. Melalui akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri
seseorang mengalami perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari
objeknya. Contoh: si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang
diperlihatkan kedua.
3. Ekuilibrasi
Yaitu istilah yang merujuk pada
kecenderungan untuk mencari keseimbangan pada elemen-elemen kognisi.
Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar
ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya.
Agar terjadi ekuilibrasi antara diri
dengan lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara
terpadu, bersama-sama dan komplementer. Contoh: bayi yang biasanya mendapat
susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian diberi susu dengan gelas
tertutup (untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi menemukan bahwa menyedot
air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa
dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan mengakomodasi hal itu
dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah
melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru
yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk
menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.
❖ Tahap-Tahap
Perkembangan Kognitif
Menurut
Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau pengaruh
lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungan untuk
berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru
dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam
memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara
berfikir yang khas atau berbeda. Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget
adalah sebagai berikut:
1. Tahap
Sensorimotorik
Tahap ini
merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun.
Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar)
dengan tindakan-tindakan fisik. Dengan berfungsinya alat-alat indera serta
kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka
seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan
dunianya. Piaget membagi tahap sensorimotorik ini kedalam 6 periode, yaitu:
a.
Periode 1:
Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks
yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis
menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada
sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya
disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.
b.
Periode 2:
Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
Reaksi
ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha
mengulanginya. Contoh: menghisap jempol. Pada contoh menghisap jempol, bayi
mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan
fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
c.
Periode 3
: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
Reaksi
sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi
sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan
menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.
d.
Periode 4
: Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
Pada
periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk
mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak
mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent
mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar
mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh
tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu
sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan
kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba,
Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari
jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil
mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: Mengibaskan perintang dan Memeluk
kotak mainan.
e.
Periode 5
: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
Pada
periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada
periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk
mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan
meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa
kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang
dihasilkan oleh tindakannya.
f.
Periode 6
: Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada
periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6
bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada
akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir dalam
mencapai lingkungan.
Pada
periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya
berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal
dalam gambaran atau pemikirannya.
2. Tahap
Pemikiran Pra-Operasional
Tahap ini
berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan
dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun
anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka
masih belum mampu untuk melaksanakan “Operation (operasi)”, yaitu tindakan
mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara
mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Perbedaan tahap ini dengan tahap
sebelumnya adalah “kemampuan anak mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi
anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
a.
Imitasi
tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan
sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada
lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula
dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat bermain
kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
b.
Permainan
Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga
imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami. Contoh: anak
perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.
c.
Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan
antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis
terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar.
Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai
meniru sesuatu yang riel”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil
atau alat tulis lainnya.
d.
Gambaran
Mental
Merupakan penggambaran secara
pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada
tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis
dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati. Contoh yang
digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
e.
Bahasa
Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa
sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat
berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.
3. Tahap
Operasional Kongkret
Tahap ini berada pada rentang usia
7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang
didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi
logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a.
Pengurutan
Kemampuan
untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya,
bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.
b.
Klasifikasi
Kemampuan
untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak
tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan).
c.
Decentering
Anak
mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
d.
Reversibility
Anak
mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e.
Konservasi
Memahami
bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan
dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka
akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di
gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
f.
Penghilangan
sifat Egosentrisme
Kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di
dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke
dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi
konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di
dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam
laci oleh Baim.
4.
Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal adalah
periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai
dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat
pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke
dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan social.
Pada tahap ini, remaja telah
memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua
kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil
yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih
dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya
habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya
pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa
kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya mati,
atau karena platinanya, dll.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pandangan Piaget, belajar yang
sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang
berasal dari dalam diri anak sendiri. Piaget berpendapat bahwa belajar
merupakan proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang
telah dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga
tahapan yakni: asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Teori Piaget mengatakan
bahwa perkembangan mendahului pembelajaran. Dengan kata lain, struktur kognisi,
tertentu perlu berkembang sebelum jenis-jenis pembelajaran tertentu dapat
terjadi. Perkembangan melibatkan internalisasi anak terhadap tanda-tanda ini
sehingga sanggup berpikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain,
kemampuan ini disebut pengaturan diri (self
regulation).
Dari teori mengenai perkembangan
kognitif Piaget tersebut, dapat disimpulkan bahwa menurut piaget proses
perkembangan kognif sejalan dengan kemajuan anak-anak dan dia menggambarkan
bahwa anak mampu melakukan sendiri atau memandang anak-anak sebagai
pembelajaran lewat penemuan sendiri.
B. Saran
Sebagai konselor dan calon konselor,
bahkan bagi orang tua dan pendidik sebaiknya memahami dan mengetahui
perkembangan kognitif pada anak dan bisa mengembangkannya agar dapat memberikan
stimulasi yang tepat pada anak sesuai dengan hakikat dan tahap perkembangannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Slavin,
Robert E . 2008 . Psikologi Pendidikan
: Teori dan Praktik . Jakarta : PT.Indeks.
Ormrod,
Jeanne Ellis . 2012 . Psikologi
Pendidikan . United States of America : Pearson Education.
www.kompasiana.com
Rinah Hasan, S.Pd
Kepala Sekolah TK Islam Terpadu Al Jawwad
Tangerang-Banten
Indonesia
Rinah Hasan, S.Pd
Kepala Sekolah TK Islam Terpadu Al Jawwad
Tangerang-Banten
Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar