EVALUASI PENDIDIKAN
PERBEDAAN
DAN HUBUNGAN ANTARA
EVALUASI,
PENILAIAN, PENGUKURAN DAN TES
Oleh: Muhammad Aziz
PENGUKURAN
Tidak ada satupun aktifitas di dunia ini yang bisa dipisahkan dari
kegiatan pengukuran. Keberhasilan suatu program dapat diketahui melalui suatu
pengukuran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa lepas dari
kegiatan pengukuran. Penelitian-penelitian yang dilakukan dalam semua bidang
selalu melibatkan kegiatan pengukuran, baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif. Oleh karena itu, pengukuran memegang peranan penting, baik untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun untuk penyajian informasi
bagi pembuat kebijakan. Pada dasarnya pengukuran merupakan kegiatan penentuan
angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha
untuk menggambarkan karakteristik suatu objek.
Pengukuran yang bersifat kuantitatif itu dapat dibedakan menjadi
tiga macam:
• Pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu, seperti pengukuran
yang dilakukan oleh seorang penjahit mengenai panjang lengan, kaki, lebar bahu,
ukuran pinggang dan lain-lain.
• Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu, seperti pengukuran
untuk menguji daya tahan mesin sepeda motor, pengukuran untuk menguji daya
tahan lampu pijar, dan lain-lain.
• Pengukuran untuk menilai yang dilakukan dengan menguji sesuatu,
seperti pengukuran kemajuan belajar peserta didik dalam rangka mengisi nilai
rapor yang dilakukan dengan menguji mereka dalam bentuk tes hasil belajar.
Pengukuran jenis ketiga inilah yang dikenal dalam dunia pendidikan
Pada prinsipnya, alat ukur yang digunakan harus memiliki bukti
kesahihan (validitas) dan kehandalan (reliabilitas) yang tinggi. Kesahihan atau
validitas alat ukur dapat dilihat dari konstruk alat ukur, yaitu mengukur
sesuatu yang direncanakan akan diukur. Menurut teori pengukuran, substansi yang
diukur harus satu dimensi. Aspek bahasa, kerapian tulisan tidak diskor atau
diperhitungkan bila tujuan pengukuran adalah untuk mengetahui kemampuan peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu. Konstruksi alat ukur dapat ditelaah pada
aspek materi, teknik penulisan soal, dan bahasa yang digunakan. Pakar di
bidangnya atau teman sejawat merupakan penelaah yang baik untuk memberikan
masukan tentang kualitas alat ukur yang digunakan termasuk tes. Kesahihan alat
ukur juga bisa dilihat dari kisi-kisi alat ukur. Kisi-kisi ini berisi materi
yang diujikan, bentuk dan jumlah soal, tingkat berpikir yang terlibat, bobot
soal, dan cara penskoran. Hasil pengukuran harus memiliki kesalahan yang
sekecil mungkin. Tingkat kesalahan ini berkaitan dengan kehandalan alat
ukur. Alat ukur yang baik memberi hasil konstan bila digunakan berulang-ulang,
asalkan kemampuan yang diukur tidak berubah.
Kesalahan pengukuran ada yang bersifat:
• Kesalahan acak disebabkan situasi saat ujian, kondisi fisik-mental
yang diukur dan yang mengukur bervariasi. Kondisi mental termasuk emosi
seseorang bisa bersifat variatif, dan variasinya diasumsikan acak. Hal ini
untuk memudahkan melakukan estimasi kemampuan seseorang.
• Kesalahan yang sistematik disebabkan oleh alat ukurnya, yang
diukur, dan yang mengukur. Ada guru yang cenderung membuat soal tes yang
terlalu mudah atau sulit, sehingga hasil pengukuran bisa underestimate atau overestimate dari kemampuan
yang sebenarnya
PENILAIAN
Penilaian merupakan komponen penting dalam proses dan
penyelenggaraan pendidikan. Upaya menigkatkan kualitas pendidikan dapat
ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem
penilaiannya. Keduanya saling terkait. Sistem pembelajaran yang baik akan
menghasilkan kualitas yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari
hasil penilaiannya. Selanjutnya, sistem penilaian yang baik akan mendorong guru
untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk
belajar dengan lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan.
Menurut TGAT (1987), penilaian atau asesmen mencakup semua cara
yang digunakan untuk unjuk kerja individu. Proses asesmen meliputi pengumpulan
bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti ini tidak melalui
tes saja, tetapi juga dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri (self
report). Definisi penilaian berkaitan dengan semua proses pendidikan,
seperti karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum,
fasilitas, dan administrasi.
Menurut (Chittenden, 1991), kegiatan penilaian dalam proses
pembelajaran perlu diarahkan pada empat hal:
- • Penelusuran: yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menelusuri apakah proses pembelajaran telah berlangsung sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Untuk kepentingan ini, guru mengumpulkan berbagai informasi sepanjang semester atau tahun pelajaran melalui berbagai bentuk pengukuran untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar anak.
- • Pengecekan: yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat kekurangan-kekurangan pada peserta didik selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai bentuk pengukuran, guru berusaha untuk memperoleh gambaran menyangkut kemampuan peserta didiknya, apa yang telah berhasil dikuasai dan apa yang belum dikuasai.
- • Pencarian: yaitu untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan jalan ini, guru dapat segera mencari solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang timbul selamaproses belajar berlangsung.
- • Penyimpulan: yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian belajar yang telah dimiliki peserta didik. Hal ini sangat penting bagi guru untuk mengetahui tingkat pencapaian yang diperoleh peserta didik. Selain itu, hasil penyimpulan ini dapat digunakan sebagai laporan hasil tentang kemajuan belajar peserta didik, baik untuk peserta didik itu sendiri, sekolah, orang tua, maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Evaluasi menurut Griffin & Nix (1991) adalah judgment terhadap
nilai atau implikasi dari hasil pengukuran. Menurut definisi ini, evaluasi
selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan penilaian.
Menurut Tyler (1950), evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana
tujuan pendidikan telah tercapai. Evaluasi secara singkat juga dapat
didefinisikan sebagai proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian
belajar kelas atau kelompok. Evaluasi pada dasarnya adalah melakukan judgment
terhadap hasil penilaian, maka kesalahan pada penilaian dan pengukuran
harus sekecil mungkin.
Stark dan Thomas (1994) menyatakan bahwa evaluasi yang hanya
melihat kesesuaian antara unjuk kerja dan tujuan telah dikritik karena
menyempitkan fokus dalam banyak situasi pendidikan. Hasil yang diperoleh dari
suatu program pembelajaran bisa banyak dan multi dimensi. Ada yang terkait
dengan tujuan ada yang tidak. Yang tidak terkait dengan tujuan bisa bersifat
positif dan bisa negatif. Oleh karena itu, pendekatan goal free dalam
melakukan evaluasi layak untuk digunakan. Walaupun tujuan suatu program adalah
untuk meningkatkan prestasi belajar, namun bisa diperoleh hasil lain yang
berupa rasa percaya diri, kreatifitas, kemandirian, dan lain-lain.
Astin (1993) mengajukan tiga butir yang harus dievaluasi agar
hasilnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Ketiga butir tersebut adalah
masukan, lingkungan sekolah, dan keluarannya. Selama ini yang dievaluasi adalah
prestasi belajar peserta didik, khususnya pada ranah kognitif saja. Ranah
afektif jarang diperhatikan lembaga pendidikan, walau semua menganggap hal ini
penting, tetapi sulit untuk mengukurnya. Hasil evaluasi pendidikan merupakan
informasi yang sangat berguna bagi pengelola pendidikan, baik yang berada pada
tingkat pusat maupun di wilayah, atau tingkat sekolah.
Ditinjau dari cakupannya, evaluasi ada yang bersifat makro dan ada
yang mikro. Evaluasi makro cenderung menggunakan sampel dalam menelaah suatu
program dan dampaknya. Sasaran evaluasi yang bersifat makro adalah program
pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk memperbaiki program
pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas, khususnya untuk
mengetahui pencapaian kemajuan belajar peserta didik. Pencapaian belajar ini
bukan hanya yang bersifat kognitif saja, tetapi juga mencakup semua potensi
yang ada pada peserta didik. Jadi. Sasaran evaluasi mikro adalah program
pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah guru untuk tingkat
sekolah, dan dosen untuk tingkat perguruan tinggi.
Evaluasi pembelajaran dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
formatif dan sumatif.
- • Evaluasi formatif bertujuan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar. Hasil tes seperti kuis misalnya, dianalisis untuk mengetahui konsep
mana yang belum difahami sebagian besar peserta didik. Kemudian diikuti dengan
kegiatan remedial, yaitu menjelaskan kembali konsep-konsep tersebut. Evaluasi
untuk perbaikan bisa dilakukan dengan membuat angket untuk peserta didik.
Angket ini berisi tentang pertanyaan mengenai pelaksanaan pembelajaran menurut
perspektif peserta didik. Hasilnya dianalisis untuk mengetahui aspek mana yang
harus diperbaiki.
- • Evaluasi sumatif bertujuan untuk menetapkan tingkat keberhasilan
peserta didik. Nilai yang dicapai peserta didik ditetapkan lulus atau belum.
Evaluasi sumatif bisa terdiri dari beberapa kegiatan pengukuran dan penilaian. Hal
ini harus dijelaskan kepada peserta didik di awal pelajaran, yaitu tentang
penentuan nilai akhir. Bobot dari tugas, ujian tengah semester, dan ujian akhir
semester harus dijelaskan kepada peserta didik
TES
Tes adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh
informasi tentang individu atau objek (Ismaryati, 2006) Tes adalah sebuah
instrumen atau alat yang digunakan di dalam suatu pengukuran untuk memperoleh
informasi atau data (Miller, 2002) Sebagai alat pengumpul informasi atau data,
tes harus dirancang secara khusus.
HUBUNGAN PENILAIAN, PENGUKURAN, EVALUASI
DAN TES
• Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
hubungan antara pengukuran (measurement), penilaian (assessment),
evaluasi (evaluation) dan tes (test) bersifat hirarkis.
• Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria,
penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi
adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku, bisa perilaku individu
atau lembaga.
• Sifat yang hirarkis ini menunjukkan bahwa setiap kegiatan evaluasi
melibatkan penilaian dan pengukuran.
• Penilaian berarti menilai sesuatu, sedangkan menilai itu mengandung
arti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri pada ukuran
atau criteria tertentu, seperti menilai seseorang sebagai orang yang pandai
karena memiliki skor tes inteligensi lebih dari 120, sedangkan evaluasi
mencakup baik kegiatan pengukuran maupun penilaian.
•
Tes adalah bagian integral dari pengukuran. Dengan demikian, tes
dan pengukuran adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.
- • Evaluasi:
kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program telah berhasil/belum
- • Assessment
(Penilaian): penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian
untuk memperoleh informasi ttg pencapaian hasil belajar siswa
- • Measurement
(Pengukuran): proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik
dari suatu tingkatan karakteristik tertentu pada seorang siswa
- • Tes: salah satu cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu secara definitif .
Sumber :
-
ppt Budi Aryono
-
ppt Dr. Abdul Munif, M.Ag
-
Google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar