DESAIN EVALUASI
Oleh: Muhammad Aziz
PENGERTIAN
MODEL EVALUASI
Model evaluasi
adalah model desain yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan
pembuatnya atau tahap pembuatannya. Evaluasi dapat dibedakan
berdasarkan waktu pelaksanaan , kapan evaluasi dilakukan, untuk apa
evaluasi dilakukan, dan acuan serta paham yang dianut oleh evaluator. Beberapa
model-model evaluasi diantaranya:
1. Model evaluasi CIPP
Stufflebean (Faridah, 2008) adalah ahli yang mengusulkan pendekatan yang beroerientasi
pada pemegang keputusan untuk menolong
administrator membuat keputusan . Model evaluasi ini terdiri atas:
1)
Contect Evaluating to serve panning decition. Konteks evaluasi ini
membantu merencanakan keputusa, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh
program dan merumuskan tujuan program.
2)
Input evaluation , structuring decition. Evaluasi ini menolong
mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang
diambil, apa rencana dan strategi untuk
mencapai kebutuhan. Bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.
3)
Proses evaluating, to serve implementation decition. Evaluasi
proses untukmembatu mengimplementasikna keputusan . sampai sejauh mana rencana
telah diterapkan?, apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan belum terjawab,
prosedur dapat dimonitor , dikontrol dan diperbaiki.
4)
Product evaluation, to serve recycling decition. Evaluasi produk
untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang
dilakukan setelah program berjalan?.
2. Evalusi Model UCLA
Model UCLA dikemukan oleh
Alkin (1969)(Farida, 2008) yang mengemukakan lima macam evaluasi yaitu :
1)
Sistem assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau
posisi system.
2)
Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan
program.
3)
Program implementasikan, yang menyiapkan informasi apakah program
sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang
direncanakan ?
4)
Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungis, bagaimana
program bekerja atau berjalan? Apakah menuju pencapaian tujuan, adakah hal-hal
atau masalah-masalah baru yang muncul tak terduga.
5)
Program certification, yang memberikna informasi tentang nilai atau
guna program.
3. Model Brinkerhoff.
Menurut Brinkerhoff (1983)(Faridah, 2008), menemukakan tiga
golongan evaluasi yaitu:
1)
Fixed vs Emergent Evaluation Design.Dapatkah masalah evaluasi dan
criteria dipertemukan ? apabila demikian apakah demikian sebuah keharusan?
Desain evalasi tetap (fixed) ditentukan
dan direncanakan secara sistematik sebelum implementasi dikerjakan. Desain
dikembangkan berdasarkan tujuan program
disertai seperangkat pertanyaan yang
akan dijawab oleh informasi yang akan diperoleh dari sumber-sumber
tertentu.Rencana analisis dibeut sebelumnya dimana si pemakai akan menerima
informasi seperti yang telah ditentukan
dalam tujuan. Desain evaluasi emergen
dibuat unutk beradaptasi dengan pengaruh dan situasi yang sedang
berlangsung dan berkembang seperti menanpung penapat audiensi, masalah-masalah
, kegiatan program. Evaluasi ini menghabiskan banyak wakut dari permulaan
sampai akhir mencari tujuan dan isu, karena semuanya pada dasarnya tidak
dikhususkan dan ditentukan sebelumnya.
2)
Formatif vs Sumatif Evaluation. Apakah evaluasi akan dipakai untuk
perbaikan atau melaporkan kegunaan atau
manfaat suatu program. Evaluasi Formatif
digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki
proyek, kurikulum, atau lokakarya. Evaluasi Sumatif dibuat untuk menilai kegunaan suatu objek.
Evaluasi sumatif digunakan untuk menilai suatu program akan diteruskan atau
dihentikan saja.
3)
Experimental atau quasi eksperimental Design vs
Natural/Unobtusivase Inquiry. Apakah evaluasi akan melibatkan intervensi ke
dalam kegiatan program / moncoba, memanipulasi kondisi , orang diperlakukan ,
variable dipengaruhi dan sebagainya atau hanya diamati.
4. Model Stake
atau model Countenance.
Stake (1967), analisis proses evaluasi yang dikemukakannya membawa
dampak yang cukup besar dalam bidang ini
dan melatakkan dasar yang sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat
untuk perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Stake menekankan
adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi yaitu Description dan judgemen dan membedakan
adanya tiga tahap dalam program
pendidikan, yaitu: Antecendents(Context), transaction (proses) dan
Outcomes(Output).
KONSEP EVALUASI
1.
Evaluasi formatif dan sumatif
Evaluasi formatif dilaksanakan selama program berjalan untuk
memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan
program. Misalnya selama pengembangan program paket kurikulum, evaluasi
formatif akan melibatkan pemeriksaan konten oleh ahli, pilot tes terhadap siswa, tes lapangan terhadap siswa yang lebih
banyak dan pada gurudi beberapa sekolah, dan lain sebagainnya. Setiap langkah
evaluasi akan menghasilkan umpan balik yang segera kepada pembuat paket, yang
kemudian menggunakan informasi tersebut untuk merevisi bahan apabila
diperlukan.
Evaluasi sumatif dilakukan di
akhir program untuk memberikan informasi kepada konsumen yang potensial tentang
manfaat atau kegunaan program. Misalnya sesudah paket kurikulum dikembangkan ,
evaluasi sumatif mungkin dilaksanakan untuk menentukan efektifitas paket
tersebut pada tingkat nasional atau sampel sekolah khusus, guru dan siswa pada
tingkat perkembangan tertentu. Penemuan akan hasil evaluasi ini akan
diberikankepada konsumen. Pada evaluasi
formatif audiensnya adalah personalia program yaitu mereka yang bertanggung
jawab dalam
pengembangan kurikulum. Pada evaluasi sumatif, audiensnya adalah
siswa, orang
tua, guru dan lain-lain yang terlibat dalam program tersebut.
2. Evaluasi internal dan eksternal
Evaluasi internal dilakukan oleh evaluator dari dalam proyek atau
program, dan evaluasi eksternal dilakukan oleh evaluator dari luar proyek.
Evaluator internal tentu
mengetahui lebih banyak tentang programnya dari pada orang luar, atau evaluator
eksternal, tetapi ia terlalu dekan dengan program sehingga sulit untuk objektif
secara 100%. Sebaliknya sulit bagi seorang evaluator eksternal untuk
mengetahui tentang program sebanyak yang diketahui oleh evaluator internal.
Evaluator internal dapat mengetahui program sampai hal-hal yang
detail namun kadang kurang kritis terhadap hal-hal yang penting. Jika hal
tersebut terhadi evaluator ekternal biasanya menangkap hal tersebut.
DESAIN EVALUASI
Desain evaluasi
program adalah rencana yang menunjukkan bila evaluasi akan dilakukan dan dari
siapa evaluasi atau informasi akandikumpulkan selama evaluasi berlangsung.
Desain ini terbagai atas dua yaitu Desain dalam evalusi sumatif dan Desain
dalam evaluasi formatif. Elemen dalam
desain Evaluasi sebagai berikut:
a.
Kelompok Eksperimen : Yaitu kelompok yang menerima perlakuan, dan
untuk mengetahui pengaruh program, maka perlu adanya kelas kontrol
b.
Kelompok Kontrol : Yaitu kelompok yang telah diukur dan sama dengan
kelompok eksperimen tetapi tidak mendapatkan perlakuan seperti yang dilakukan pada kelompok
eksperimen.
c.
Kelompok Kontrol ekuivalen : Kelompok ini dibentuk dengan di
random. Desain evaluasi menghasilkan hasil yang terbaik jika menggunakan
kelompok ekuivalen karena hasil yang diperoleh tidah dipengaruhi oleh
factor-faktor lain , kecual karena perlakuan
d.
Kelompok control non ekuivalen : Kelompok ini dipilih karena sama
dengan kelompok eksperimen, tidak melalui pengacakan. Yang disebut juga
kelompok pembanding.
e.
Postest : Yaitu pengukuran
yang dilakukan pada akhir eksperimen. Hasilnya merupakan variable terikat
f.
Pre-test : Setiap nila tes atau pengukuran yang dilakukan sebelum
program dilaksanakan. Fungsi dari pre-test adalah
1)
Memilih orang untuk program
2)
Mengecek asumsi yang telah dibuat dalam merencanakan program.
3)
Mengecek atau meyakinkan kelompok pembanding
4)
Mengetahui hasil yang diperoleh program
5)
Memperoleh tes yang lebih peka atas pengaruh program.
g.
Mid-Test : Diadakan ketika program sedang berjalan. Tujuan Mid-test
yaitu untuk mengetahui dampak program setelah waktu tertentu.
h.
Retensi test : Untuk menentukan kelayakan program apakah program
berpengaruh sehingga layak untuk dilanjutkan atau perlu diulangi.
i.
Time Series Test : Yaitu sejumlah test yang diberikan
berturut-turut sebelum atau sesudah
program setelah waktu tertentu
MEMILIH DESAIN
EVALUASI
Dalam desain
evaluasi terdiri dari elemen–elemen yang dapat dikombinasikan untuk membentuk
enam desain yang akan dibicarakan selanjutnya. Setiap desain membicarkan tiga
pilihan kelompok yang akan diukur yaitu:
·
Eksperimental group
·
Eksperimental group dan true control group (diacak)
·
Eksperimental group dan non ekuevalen group
Dan ada tiga
pilihan untuk pengukuran waktu:
·
Pretest dan posttest
·
Posttest saja
·
Time
series, seri ideal, tiga pengukuran sebelum dan sesudah program.
Keterangan:
R - Random assignment atau pengacakan
O -
Pengukuran atau observasi
X - Perlakuan
Desain 1: The True
Control Group
Desain 2: The
True Control Group
Desain 3: Non –
Equivalent Control Group
Desain 4: The
Single Group Time Series Design
Desain 5: The
Time Series With Non Equivalent Control Group
Desain 6: The
Before and After Design
Keterangan:
1.
Sekelompok orang mengambil pretest, diberi program X, kemudian
diberi posttest
2.
Hasilnya dibandingkan dengan pedoman atau dengan kelompok lain yang
diharapkan sama.
3.
Desain ini biasanya dipakai untuk sumatif dan formatif
CONTOH SIMULASI
I Pemberian pretes,
diselipkan di ulangan harian
II Membaca Qur’an
dengan metode Iqro’
III diberikan postest
Masalah umum
yang kadang dihadapi dalam implementasinya yaitu :
a)
Masalah perbedaan waktu yang digunakan
b)
Masalah attrition (hilangnya peserta)
c)
Masalah Confound (Dosen atau guru atau pelaksana program berganti)
d)
Masalah kontaminasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar