Nalar Visioner

Mengasah Nalar Intelektual

Jurnal Visioner didedikasikan pada dunia pendidikan yang memuat Jurnal Ilmiah, Opini, Dll

Iklan Komersial

12/22/2022

Desain Evaluasi



DESAIN EVALUASI 

Oleh: Muhammad Aziz


PENGERTIAN

 


Ada beberapa definisi yang dikemukakan para ahli, antara lain yang  dikemukakan oleh Ralp Tayler  yaitu evaluasi adalah proses yang menentukan sampai  sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Menurut Cronbach (1963), Stufflebean (1971) dan juga Alkin (1969) yaitu menyediakan informasi untuk membuat keputusan.  Malcolm dan Provus mendefenisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui perbedaan apa yang ada selisih. Konsensus antara evaluator mengartikan evaluasi sebagai penilaian atas manfaat atau guna (Sc iven, 1967, Glas 1969, Stufflebean 1974).Jadi evaluasi adalah Proses yang dilakukan  secara sistematis tentang manfaat dan guna beberapa objek.

 


MODEL EVALUASI

 

Model evaluasi adalah model desain yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar  evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap pembuatannya. Evaluasi dapat  dibedakan  berdasarkan waktu pelaksanaan , kapan evaluasi dilakukan, untuk apa evaluasi dilakukan, dan acuan serta paham yang dianut oleh evaluator. Beberapa model-model evaluasi diantaranya:

 

1.  Model evaluasi CIPP

Stufflebean (Faridah, 2008) adalah ahli yang  mengusulkan pendekatan yang beroerientasi pada pemegang keputusan  untuk menolong administrator membuat keputusan . Model evaluasi ini terdiri atas:

1)      Contect Evaluating to serve panning decition. Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusa, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program.

2)      Input evaluation , structuring decition. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi  untuk mencapai kebutuhan. Bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

3)      Proses evaluating, to serve implementation decition. Evaluasi proses untukmembatu mengimplementasikna keputusan . sampai sejauh mana rencana telah diterapkan?, apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan belum terjawab, prosedur dapat dimonitor , dikontrol dan diperbaiki.

4)      Product evaluation, to serve recycling decition. Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang dilakukan setelah program berjalan?.

 

2.  Evalusi Model UCLA

Model UCLA   dikemukan oleh Alkin (1969)(Farida, 2008) yang mengemukakan lima macam evaluasi yaitu :

1)      Sistem assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi system.

2)      Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang  mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program.

3)      Program implementasikan, yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan ?

4)      Program improvement, yang memberikan informasi tentang  bagaimana program berfungis, bagaimana program bekerja atau berjalan? Apakah menuju pencapaian tujuan, adakah hal-hal atau masalah-masalah baru yang muncul tak terduga.

5)      Program certification, yang memberikna informasi tentang nilai atau guna program.

 

3.  Model Brinkerhoff.

Menurut Brinkerhoff (1983)(Faridah, 2008), menemukakan tiga golongan evaluasi yaitu:

1)      Fixed vs Emergent Evaluation Design.Dapatkah masalah evaluasi dan criteria dipertemukan ? apabila demikian apakah demikian sebuah keharusan? Desain evalasi tetap (fixed)  ditentukan dan direncanakan secara sistematik sebelum implementasi dikerjakan. Desain dikembangkan  berdasarkan tujuan program disertai seperangkat pertanyaan    yang akan dijawab oleh informasi yang akan diperoleh dari sumber-sumber tertentu.Rencana analisis dibeut sebelumnya dimana si pemakai akan menerima informasi seperti yang telah ditentukan  dalam tujuan. Desain evaluasi emergen  dibuat unutk beradaptasi dengan pengaruh dan situasi yang sedang berlangsung dan berkembang seperti menanpung penapat audiensi, masalah-masalah , kegiatan program. Evaluasi ini menghabiskan banyak wakut dari permulaan sampai akhir  mencari tujuan  dan isu, karena semuanya pada dasarnya tidak dikhususkan dan  ditentukan sebelumnya.

2)      Formatif vs Sumatif Evaluation. Apakah evaluasi akan dipakai untuk perbaikan atau melaporkan kegunaan  atau manfaat suatu program. Evaluasi Formatif  digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki proyek, kurikulum, atau lokakarya. Evaluasi Sumatif  dibuat untuk menilai kegunaan suatu objek. Evaluasi sumatif digunakan untuk menilai suatu program akan diteruskan atau dihentikan saja.

3)      Experimental atau quasi eksperimental Design vs Natural/Unobtusivase Inquiry. Apakah evaluasi akan melibatkan intervensi ke dalam kegiatan program / moncoba, memanipulasi kondisi , orang diperlakukan , variable dipengaruhi dan sebagainya atau hanya diamati.

 

4.  Model Stake  atau model Countenance.

Stake (1967), analisis proses evaluasi yang dikemukakannya membawa dampak yang cukup  besar dalam bidang ini dan melatakkan dasar yang sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi yaitu Description dan judgemen dan membedakan adanya tiga tahap dalam program  pendidikan, yaitu: Antecendents(Context), transaction (proses) dan Outcomes(Output).

 

KONSEP EVALUASI

 

1.  Evaluasi formatif dan sumatif

Evaluasi formatif  dilaksanakan selama program berjalan untuk memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan program. Misalnya selama pengembangan program paket kurikulum, evaluasi formatif akan melibatkan pemeriksaan konten oleh ahli, pilot tes terhadap  siswa, tes lapangan terhadap siswa yang lebih banyak dan pada gurudi beberapa sekolah, dan lain sebagainnya. Setiap langkah evaluasi akan menghasilkan umpan balik yang segera kepada pembuat paket, yang kemudian menggunakan informasi tersebut untuk merevisi bahan apabila diperlukan.

Evaluasi sumatif dilakukan di akhir program untuk memberikan informasi kepada konsumen yang potensial tentang manfaat atau kegunaan program. Misalnya sesudah paket kurikulum dikembangkan , evaluasi sumatif mungkin dilaksanakan untuk menentukan efektifitas paket tersebut pada tingkat nasional atau sampel sekolah khusus, guru dan siswa pada tingkat perkembangan tertentu. Penemuan akan hasil evaluasi ini akan diberikankepada konsumen.  Pada evaluasi formatif audiensnya adalah personalia program yaitu mereka yang bertanggung jawab dalam

pengembangan kurikulum. Pada evaluasi sumatif, audiensnya adalah siswa, orang

tua, guru dan lain-lain yang terlibat dalam program tersebut.

 

2.  Evaluasi internal dan eksternal

Evaluasi internal dilakukan oleh evaluator dari dalam proyek atau program, dan evaluasi eksternal dilakukan oleh evaluator dari luar proyek.

Evaluator internal tentu mengetahui lebih banyak tentang programnya dari pada orang luar, atau evaluator eksternal, tetapi ia terlalu dekan dengan program sehingga sulit untuk objektif secara 100%. Sebaliknya sulit bagi seorang evaluator eksternal untuk mengetahui tentang program sebanyak yang diketahui oleh evaluator internal.

Evaluator internal dapat mengetahui program sampai hal-hal yang detail namun  kadang kurang kritis  terhadap hal-hal yang penting. Jika hal tersebut terhadi evaluator ekternal biasanya menangkap hal tersebut.

 

DESAIN EVALUASI

 

Desain evaluasi program adalah rencana yang menunjukkan bila evaluasi akan dilakukan dan dari siapa evaluasi atau informasi akandikumpulkan selama evaluasi berlangsung. Desain ini terbagai atas dua yaitu Desain dalam evalusi sumatif dan Desain dalam evaluasi formatif.  Elemen dalam desain Evaluasi sebagai berikut:

a.       Kelompok Eksperimen : Yaitu kelompok yang menerima perlakuan, dan untuk mengetahui pengaruh program, maka perlu adanya kelas kontrol

b.      Kelompok Kontrol : Yaitu kelompok yang telah diukur dan sama dengan kelompok eksperimen tetapi tidak mendapatkan perlakuan  seperti yang dilakukan pada kelompok eksperimen.

c.       Kelompok Kontrol ekuivalen : Kelompok ini dibentuk dengan di random. Desain evaluasi menghasilkan hasil yang terbaik jika menggunakan kelompok ekuivalen karena hasil yang diperoleh tidah dipengaruhi oleh factor-faktor lain , kecual karena perlakuan

d.      Kelompok control non ekuivalen : Kelompok ini dipilih karena sama dengan kelompok eksperimen, tidak melalui pengacakan. Yang disebut juga kelompok pembanding.

e.       Postest : Yaitu  pengukuran yang dilakukan pada akhir eksperimen. Hasilnya merupakan variable terikat

f.        Pre-test : Setiap nila tes atau pengukuran yang dilakukan sebelum program dilaksanakan. Fungsi dari pre-test adalah

1)      Memilih orang untuk program

2)      Mengecek asumsi yang telah dibuat dalam merencanakan program.

3)      Mengecek atau meyakinkan kelompok pembanding

4)      Mengetahui hasil yang diperoleh program

5)      Memperoleh tes yang lebih peka atas pengaruh program.

g.      Mid-Test : Diadakan ketika program sedang berjalan. Tujuan Mid-test yaitu untuk mengetahui dampak program setelah waktu tertentu.

h.      Retensi test : Untuk menentukan kelayakan program apakah program berpengaruh sehingga layak untuk dilanjutkan atau perlu diulangi.

i.        Time Series Test : Yaitu sejumlah test yang diberikan berturut-turut sebelum atau  sesudah program setelah waktu tertentu

 

MEMILIH DESAIN EVALUASI

 

Dalam desain evaluasi terdiri dari elemen–elemen yang dapat dikombinasikan untuk membentuk enam desain yang akan dibicarakan selanjutnya. Setiap desain membicarkan tiga pilihan kelompok yang akan diukur yaitu:

·         Eksperimental group

·         Eksperimental group dan true control group (diacak)

·         Eksperimental group dan non ekuevalen group

Dan ada tiga pilihan untuk pengukuran waktu:

·         Pretest dan posttest

·         Posttest saja

·         Time series, seri ideal, tiga pengukuran sebelum dan sesudah program.

 

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan:

R         -    Random assignment atau pengacakan

O         -   Pengukuran atau observasi

X         -   Perlakuan 

 

Desain 1: The True Control Group

Desain 2: The True Control Group

 

Desain 3: Non – Equivalent Control Group

 

Desain 4: The Single Group Time Series Design

 

 

Desain 5: The Time Series With Non Equivalent Control Group

Desain 6: The Before and After Design

Keterangan:

1.      Sekelompok orang mengambil pretest, diberi program X, kemudian diberi posttest

2.      Hasilnya dibandingkan dengan pedoman atau dengan kelompok lain yang diharapkan sama.

3.      Desain ini biasanya dipakai untuk sumatif dan formatif

 

CONTOH SIMULASI

I           Pemberian pretes, diselipkan di ulangan harian

II         Membaca Qur’an dengan metode Iqro’

III        diberikan postest

 

Masalah umum yang kadang dihadapi dalam implementasinya yaitu :

a)      Masalah perbedaan waktu yang digunakan

b)      Masalah attrition (hilangnya peserta)

c)      Masalah Confound (Dosen atau guru atau pelaksana program berganti)

d)      Masalah kontaminasi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox