Nalar Visioner

Mengasah Nalar Intelektual

Jurnal Visioner didedikasikan pada dunia pendidikan yang memuat Jurnal Ilmiah, Opini, Dll

Iklan Komersial

1/25/2022

Pemimpin Berjiwa

PEMIMPIN   BERJIWA
Oleh: Muhammad Aziz

Setiap yang berjiwa akan mati. ini pasti akan dialami oleh setiap manusia baik yang percaya atas hari akhir maupun tidak percaya hari akhir. Pada dasarnya semua makhluk akan kembali kepada yang Maha Kuasa Tuhan Semesta Alam. Kita pasrah atas kehendak Yang Maha Kuasa yang merajai seluruh jagat raya ini, tidak ada  yang bisa melawan apalagi bernegosiasi sebagai layaknya didunia yang bisa tawar-menawar.
Dalam kehidupan dan aktifitas manusia tentu tidak sama dalam bermain peran di dunia yang penuh sandiwara ini. Alloh Swt  mencipatakan segala sesuatu yang dikehendaki pasti punya rencana dan tujuan yang bermanfaat. Hidup ini hanya saling berganti peran bagaikan kita bermain sandiwara-kadang kita menjadi raja, adakalanya menjadi prajurit. Itu semua merupakan siklus kehidupan yang harus diperjuangkan dan diterima dengan lapang dada.
Nah! dalam konten kita mendapatkan peran sebagai pemimpin, tentunya tidak bisa semena-mena dalam mengembangkan tapuk kepemimpinan. Sebab pemimpin akan ditanyakan oleh Alloh Swt kelak bagai mana sepakterjangnya saat kepemimpinannnya, memimpin dengan baik atau buruk.
Sering kita dengan seorang pemimpin itu harus cerdas, benar itu. Akan tetapi salah dalam mengartikan dan mengaktualisasikan dikehidupan nyata. Sehingga mengartikan cerdas hanya soal kognitif mengesampingkan aspek-aspek kecerdasan yang lain. Yaitu kecerdasan spiritual, suatu kecerdasan ilahiyah, kecerdasan ruhiyah yang  menjiwai seluruh sikap tindak dalam memimpin suatu negara, organisasi maupun saat memimpin dalam rumah tangga.
Pemimin yang tidak bersandar pada kecerdasan ilahiyah dengan dipastikan akan memimpin dengan hawa nafsunya. Terutama salah satu aspek kejujuran akan tersampingkan karena kering sifat-sifat ilahiyah yang menjiwai dan membimbing menuju jalan yang benar, lurus, dan jejek.  Alloh  Swt telah berjanji dalam Al Qur’an Surat Al Ankabut: 69 “Dan orang yang berjuang di jalanKu, pasti Aku akan tunjukkan kepada mereka jalanKu, karena sesungguhnya Alloh bersama orang-orang yang menetapi kebenaran.”
Jiwa pemimpin dalam melawan nafsu angkaramurka membutuhkan kewaspadaan dan sikap hati-hati agar tidak mendzalimi diri sendiri dan orang lain yang dipimpinnya. Banyak godaan tuntutan duniawi dan ragawi yang mesti dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidup. Jika pemimpin yang tidak ada jiwa jujur akan terjerembab dalam kenistaan dunia maupun akhirat kelak. Sekarang ini banyak pemimpin yang cerdas akalnya akan tetapi cerdas ilahiyah yang masuk dalam relung-relung jiwa pemimpin, salah satunya adalah jujur.
Kejujuran bagi pemimpin merupakan modal utama atas kredibilitas kepemimpinannya. Memang setiap orang yang akan memimpin dan setelah menjadi pemimpin sering bilang “saya ini jujur”. Akan tetapi dalam praktiknnya tidak mencerminkan seorang pimpin yang jujur. Suatu kata yang mudah diucapkan akan tetapi sulit untuk diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Apa sebab kata jujur sangat jauh dari apa yang diucapkan seorang pemimpin?. Belum ada niat yang tulus untuk berjuang dan mengabdi dengan ikhlas atas titih Ilahi Sang pemberi amanah sebagai seorang pemimpin.
Seorang pemimpin yang jujur akan menjadi model bagi yang dipimpinnya baik ucapakanya, sikap tindaknya, kebijakan-kebijakan yang diluarkannya menjadi model sehingga diikuti oleh yang dipimpinnya. Dalam arti bahwa apa yang diucapkan, apa yang dilakukan, dan apa yang dipikirkan menyatu dan menjiwai seluruh ruh kepemimpinannya.  Dalam Kitab Nashaihul Ibad Syeck Nawawi Al Bantani menuturkan keadaan manusia, yang pertama menusia bersama Alloh Swt; yang selalu melaksanakan perintahnya. Kedua, manusia bersama nafsu; selalu memeranginya. Ketiga, manusia bersama orang lain; selalu menasehatinya. dan keempat, manusia bersama dunia; selalu mengambilnya sebatas yang manusia perlukan.”
Kepribadian pemimpin yang jujur perlu dijaga, sebab pada dasarnya manusia bersifat labil, kadangkala ia taat dan patuh kepada Alloh Swt, disaat yang lain kadangkala mengingkarinya. Kadangkala menyenangkan suatu saat tidak menyenangkan, karena sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Sehingga pemimpin berjiwa perlu mengokohkan niat setiap hari dan bersabar atas niatnya tersebut pantang menyerah dan tak mudah goyah dengan hembusan angin hitam yang menerpanya.
Sebagai inspirasi seorang pemimpin yang berjiwa, Sayidah Fatimah ra. putri Rasulullah Saw, meriwayatkan bahwa ayahnya berkata,”Tuhan mencintai orang yang berperilaku baik, berpendidikan baik, bersikap baik, jujur, dan lemah lembut, yang baik mengharap  sesuatupun dari siapapun dan tidak mendengki kepada orang lain. Ia tidak menyukai orang yang berbahasa buruk dan orang yang terus-meneurs meminta-minta seraya mengharapkan belas kasihan orang lain.” (HR. Al Tabrani)
Akhirul kalam, seorang pemimpin harus menginspirasi bagi orang yang dipimpin. seorang pemimpin berjiwa Illaiyah agar tetap terjaga atas apa-apa yang telah diniatkan. dan seorang pemimpin wajib bersabar dan jejek dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakannya. Siap menjadi pemimpin berjiwa!.
Adbox